Nama: Hilman Kusmayadi Jurusan/semester:
Tafsir Hadits/5
NIM: 1210103018 Tugas
Hadits IV
Peduli
terhadap tetangga
Fenomena
kehidupan bertetangga selalu berubah seiring dengan bergulirnya zaman. Dewasa
ini, suasana sosial yang sesuai kaidah syariat Islam semakin susah didapatkan,
apalagi hidup di lingkungan kota. Pada umumnya manusia cenderung dan asyik
dengan kepentingannya masing-masing.
Di pagi hari, masing-masing pihak persiapan untuk menuju tempat
aktivitasnya, kemudian pulang di waktu sore harinya. Begitulah seterusnya, tak
terasa masing-masing pihak saling menutup diri, saling tidak mengenal, yang
pada akhirnya melahirkan sikap individualisme terhadap kondisi tetangganya. Tak
jarang, ada tetangga yang sakit parah untuk segera dirawat di rumah sakit, tapi
karena kurang kepedulian dari tetangga, akhirnya orang tersebut meninggal
(disamping Qadha’ dan Qadar Allah). Juga, kita melihat banyak anak kecil yang
terlantar, mereka dengan terpaksa untuk memenuhi kebutuhannya harus minta-minta dipinggir jalan.
Sikap
indiuvidualisme juga mengakibatkan masing-masing pihak merasa tidak dilindungi
antara satu dengan lainnya. Bila ada sebuah keluarga kecurian atau kerampokan
atau tindak kriminal lainnya, terkadang pihak tetangganya merasa tidak
mengetahuinya. Kalaupun tahu, terkandang pula bingung apa yang mesti dia bantu
atau ia perbuat.
Di sisi lain, tidak jarang terjadi interaksi aktif antara satu dengan lainnya.
Namun sayang terkadang interaksi itu bersifat negatif yang merugikan pihak
lain, baik dari tutur kata yang buruk, tingkah laku yang jelek atau sesuatu
lainnya yang dapat mengganggu pihak lain. Bahkan, tega berbuat zhalim
(menganiaya) dan memeras pihak lain. Fenomena ini bukanlah sekedar wacana
belaka, bahkan anda bisa melihat dan merasakannya sendiri.
Masyarakat Indonesia mayoritas penduduknya adalah beragama Islam. Sehingga
semua kejadian ini terkait dengan keberadaan umat Islam. Oleh karena itu baik
buruknya pergaulan masyarakat Indonesia tergantung dengan baik buruknya akhlak
umat Islam.
Islam Rahmat Bagi Semesta Alam
Islam adalah agama yang Allah sempurnakan, yang
mencakup dan menjawab seluruh permasalahan umat manusia dengan tepat dan
sempurna, termasuk di dalamnya adab-adab dalam bertetangga. Hal ini telah
diabadikan di dalam Al Qur’an, sebagaimana firman-Nya: “Pada hari ini Aku
sempurnakan Islam sebagai agama bagi kalian, dan Aku lengkapkan pula nikmat-Ku
atas kalian, serta Aku ridha Islam menjadi agama kailan.” (Al Ma’idah: 3)
Demikianlah
ikrar penegasan dari sang Al Khaliq (Pencipta) Allah tentang kesempurnaan
ajaran-ajaran yang dibawa oleh Rasul-Nya . Sehingga ajaran-ajaran Islam, bila
dipelajari oleh umatnya kemudian dipraktekkan niscaya benar-benar dapat
mendatangkan kedamaian dan ketentraman, baik sesama umat Islam atau umat
lainnya serta seluruh alam semesta ini. Allah berfirman (artinya): “Dan
tiadalah Kami mengutus kamu melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.” (Al
Anbiyaa’: 107). Demikian
pula, Nabi Muhammad diutus ke muka bumi dalam rangka untuk memperbaiki dan
menyempurnakan akhlak manusia. Rasulullah bersabda:
وَلَقَدْ بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَق
“Dan sungguh aku diutus (sebagai seorang rasul
-pent) dalam rangka untuk menyempurnakan akhlak manusia.”
Ketahuilah
permasalahan “tetangga” bukanlah remeh, bahkan sangat diperhitungkan di dalam
agama Islam. Terlebih lagi, Islam mewasiatkan untuk selalu menjaga dan
memuliakan tetangga. Simaklah firman Allah :“Sembahlah Allah dan janganlah
kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan berbuat baiklah kepada kedua
orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang miskin, tetangga dekat maupun
tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil (orang yang mengadakan perjalanan) dan
hamba sahaya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri.” (An Nisaa’: 36). Di dalam
ayat yang mulia ini, terdapat perintah dari Allah untuk berbuat baik kepada
tetangga dan Allah membenci sifat sombong dan tidak mau peduli dengan keadaan
tetangganya.
Demikian pula, Nabi Muhammad senantiasa mendapatkan wasiat dari malaikat Jibril u tentang perihal tetangga. Sebagaimana sabda beliau :
Demikian pula, Nabi Muhammad senantiasa mendapatkan wasiat dari malaikat Jibril u tentang perihal tetangga. Sebagaimana sabda beliau :
مَازَالَ جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِي بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ
“Senantiasa Jibril memberikan wasiat kapadaku
perihal tetangga, sampai aku mengira bahwa tetangga juga berhak mendapatkan
harta waris.” (H.R. Al Bukhari no. 6014-6015 dan Muslim no. 2624-2615, dari
sahabat Aisyah dan Ibnu Umar ).
Keutamaan Memuliakan Tetangga Dan Ancaman
Mengganggu Tetangga
Telah kita
ketahui bersama bahwa peduli dengan tetangga merupakan perkara yang urgen di
dalam Islam. Sehingga Islam juga memberikan kedudukan mulia bagi orang yang
memuliakan tetangganya dan sebaliknya, Islam memberikan ancaman keras terhadap
siapa saja yang tidak mau peduli dengannya. Berikut ini akan disebutkan beberapa
keutamaan memuliakan tetangga beserta ancaman yang melalaikannya. Diantaranya
sebagai berikut:
a. Wasilah
meraih iman yang sempurna.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِي جَارَهُ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari
kiamat maka janganlah ia menggangu tetangganya.” (H.R. Al Bukhari no. 6136 dan
Muslim no. 48, dari sahabat Abu Hurairah )
Bisa disimpulkan dari hadits di atas, bahwa perbuatan buruk terhadap tetangga dapat mengurangi nilai iman dia kepada Allah dan hari kiamat. Bila ia menyakini perbuatan mengganggu tetangga adalah halal (boleh), maka bisa menyebabkan batalnya nilai iman dia secara total (kufur).
Bisa disimpulkan dari hadits di atas, bahwa perbuatan buruk terhadap tetangga dapat mengurangi nilai iman dia kepada Allah dan hari kiamat. Bila ia menyakini perbuatan mengganggu tetangga adalah halal (boleh), maka bisa menyebabkan batalnya nilai iman dia secara total (kufur).
b. Menjadi
sebaik-baik tetangga di sisi Allah
خَيْرُ الأَصْحَابِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِصَاحِبهِ، وَخَيْرُ الْجِيْرَانِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ
“Sebaik-baik teman di sisi Allah adalah orang
yang paling baik terhadap temannya, dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah
adalah orang yang paling baik terhadap tetangganya.” (H.R. At Tirmidzi, dari
sahabat Ibu Umar, dishahihkan Asy Syaikh Al Albani dalam Al Adabul Mufrad no.
115 ). Dapat disimpulkan pula dari hadits diatas,
barang siapa yang tidak memuliakan (peduli) tetangganya maka ia akan menjadi
calon tetangga yang paling buruk di sisi Allah .
c. Wasilah
untuk meraih Al Jannah.
Rasulullah bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لاَيَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ “
Tidak akan masuk Al Jannah, barang siapa yang
tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya. (H.R. Muslim), juga dalam
riwayat Al Bukhari, Rasulullah bersumpah: “Tidaklah beriman kepada Allah”
(sebanyak tiga kali).” Salah seorang sahabatnya bertanya: “Siapa itu wahai
Rasulullah ? Beliau menjawab: “Barangsiapa yang tetangganya tidak merasa aman
dari gangguannya.”
Sungguh ada seorang wanita di jaman Rasulullah yang rajin shalat malam dan shaum di siang harinya, namun tetangganya tidak merasa aman dari kejelekan lisannya. Kabar itupun terdengar oleh Rasulullah , maka beliau bersabda: “Tidak ada kebaikan bagi dirinya. Dan ia kelak masuk dalam An Naar (neraka).” (Al Adabul Mufrad no. 119, dishahihkan Asy Syaikh Al Albani)
Sungguh ada seorang wanita di jaman Rasulullah yang rajin shalat malam dan shaum di siang harinya, namun tetangganya tidak merasa aman dari kejelekan lisannya. Kabar itupun terdengar oleh Rasulullah , maka beliau bersabda: “Tidak ada kebaikan bagi dirinya. Dan ia kelak masuk dalam An Naar (neraka).” (Al Adabul Mufrad no. 119, dishahihkan Asy Syaikh Al Albani)
Islam sangat peduli dengan keberadaan tetangga.
Sehingga seharusnya seorang muslim harus peka dan tanggap dengan kondisi
tetangganya. Bila tetangganya membutuhkan atau memerlukan sesuatu, seharusnya ia
tanggap untuk bermurah tangan kepadanya sesuai kemampuannya tanpa diminta.
Pintunya selalu terbuka bagi siapa saja yang perlu dan butuh darinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar